Langsung ke konten utama

Meningkatkan Minat Kenudayaan Pada Masyarakat

Makalah Ilmu Sosial Dasar

Meningkatkan Minat Kebudayaan Pada Masyarakat





 




Disusun oleh:


nama                            : Dewi Oktavianti
npm                             : 12113297
kelas                            : 1KA43


Program Study Ilmu Komputer
Jurusan Sistem Informasi


UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2013





KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena rahmat dan hidayah-Nya, penulis diberi kemudahan untuk mengerjakan tugas softskill Ilmu Sosial Dasar dengan judul ”Meningkatkan Minat Kebdayaan Pada Masyarakat Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas softskill pada tingkat 1.
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu saran dan kritik sangat diharapkan guna perbaikan penulisan di masa yang akan datang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan karya tulis ini, yaitu :
1.   Allah S.W.T  yang telah melindungi dan menemani penulis setiap saat.
2.  Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan perhatian dan motivasi serta doa  
     setiap saat.
3.  Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu 
     dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikianlah makalah ini, harapan penulis sangat sederhana, yaitu semoga para pembaca makalah ini akan mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan yang baru dari makalah ini.



Tangerang, 9 November 2013 

Penulis, 

Dewi Oktavianti








ABSTRAK



            Kebudayaan pada perkembangannya di era globalisasi ini seolah dikalahkan oleh adanya kemajuan teknologi yang dapat menghadirkan berbagai macam corak kesenian dan setidakya hal itulah yang di rasakan masyarakat di masa sekarang ini. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut didukung pula oleh arus globalisasi, yang seharusnya diimbangi dengan berkembangnya kebudayaan kesenian asli sehingga dapat berjalan seiring dan ikut pula mewrnai masuknya kebudayaan – kebudayaan asing yang bertumbuh cukup subur dinegeri kita, sejalan dengan repelita dibidang kebudayaan.
            Walaupun teknologi di era globalisasi ini merupakan faktor dominan dalam kultur kehidupan manusia masa kini dan juga merupakan ketergantungan yang hebat, namun sebaliknya kita harus mewarnai era globalisasi ini dengan dikembangkannya kebudayaan negeri sendiri. bagaimana caranya kita mempertahankan, menghidupkan, mengembangkan, memelihara, dan mempopulerkan kebudayaaan yang telah ada di masyarakat, selain untuk memenuhi perkembangan era globalisasi kebudayaan dengan lahirnya generasi muda yang kreatif, peka terhadap nilai – nilai budaya dan memiliki jiwa kompetitif terhadap kesenian baru dan masuknya kebudayaan- kebudayaan asing.





BAB I
PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang Masalah
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. 
Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992). 
Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya.

1.2  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk meningkatkan kesadaran remaja  untuk menjunjung tinggi kebudayaan bangsa sendiri karena kebudayaan merupakan jati diri bangsa.

1.3  Pembatasan Masalah
Dari masalah diatas dapat dibatasi yaitu “Meningkatkan Minat Kebudayaan Pada Masyarakat”

1.5  Metode Penelitian
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini, yaitu metode deskripsi analisi. Metode tersebut merupakan metode yang memberikan gambaran objektif serta membahasnya secara lengkap yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari website.



BAB II
 PEMBAHASAN




2.1  PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan ahli antropologi yang memberikan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Tylor dalam buku yang berjudul “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Pada sisi yang agak berbeda,

Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupanan masyarakat.

Secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:

1.      Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia, yang meliputi:

A. kebudayaan materiil (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan manusia, misalnya kendaraan, alat rumah tangga, dan lain-lain.

B. Kebudayaan non-materiil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya agama, bahasa, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

2. Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.

3. Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat kemungkinannya sangat kecil untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya, tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia (secara individual maupun kelompok) dapat mempertahankan kehidupannya. Jadi, kebudayaan adalah hampir semua tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

2.2    PERUBAHAN BUDAYA KESENIAN YANG BERTAHAN DAN YANG   TERSISIHKAN
Perubahan
budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari
masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai
yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh
satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah
sional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebud
mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi
intern
aayaan
setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia
n massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sed
sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam
bidang hibur
aemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di
tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang,
i masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain
Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimili
kyang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan
wa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberada
bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Perist
ian kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini,
angan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.
kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai ta
y Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis
rmasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berd
Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi inf
oimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus
radisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja keseni
tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan
tan tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu
adi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melai
agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa
jnkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi
ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradap
komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, tasi
rapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai
dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beb
e bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu
bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional
.


2.3  GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA
Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti.. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi keseniannya. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.

2.4 Tantangan  dalam Menjaga Kebudayaan Bangsa dan Meningkatkan Kepariwisataan Nasional
Seperti yang telah dibahas dalam artikel sebelumnya, kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan lapangan pekerjaan, mendorong pemerataan pembangunan nasional, dan tentu saja memberikan kontribusi dalam penerimaan devisa negara berupa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).
Ada beberapa tantangan dalam meningkatkan kepariwisataan Indonesia. Dan pada artikel ini akan dibahas tentang hubungan kepariwisataan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai keberagaman budaya. Bersama-sama menjaga kearifan lokal, meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan kekayaan dan warisan budaya sebagai upaya kita untuk meningkatnya kerja sama yang sinergis, membantu program pemerintah dalam meningkatkan kepariwisataan Indonesia.
Ada beberapa tantangan yang saat ini harus segera kita sikapi bersama secara positip untuk menjaga kebudayaan bangsa dan meningkatkan potensi pariwsata lokal sebagai berikut :
1. Seringnya terjadi interaksi negatif antar-budaya/kelompok masyarakat tertentu,  konflik antar-suku/etnis, efek negatif globalisasi dan maraknya aksi teror dapat memudarkan jati diri budaya bangsa.
Tantangan ke depan kita adalah memanfaatkan peran media untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai tradisi luhur seperti, cinta tanah air, nilai solidaritas sosial, dan keramahtamahan yang menjadi identitas budaya yang berfungsi sebagai perekat persatuan bangsa dalam segenap aspek kehidupan masyarakat.
Menyadarkan masyarakat bahwa keragaman seni-budaya dan tradisi telah menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang kaya dengan berbagai bentuk ekspresi budaya tradisional, seperti seni rupa, seni pertunjukan, seni media, cerita rakyat, permainan tradisional, tekstil tradisional, pasar tradisional, dan upacara tradisional.
2.  Keterbatasan sarana dan prasarana kesenian; menurunnya minat masyarakat dalam menonton kegiatan seni-budaya ; terjadinya pembajakan karya seni dan budaya dapat menghambat dan memudarkan potensi budaya lokal.
Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama meningkatkan kesadaran dan apresiasi berupa penghargaan berlebih terhadap karya seni dan budaya. Melindungi kekayaan potensi lokal, terutama karya seni dan budaya, baik yang bersifat individual maupun kolektif. Dan bersama-sama berkontribusi mengembangkan seni budaya dan tradisi dari generasi ke generasi.
3. Masih maraknya kasus pencurian benda cagar budaya dan situs; serta tidak terawatnya bangunan bersejarah. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih kurangnya apresiasi, pemahaman, komitmen, dan kesadaran tentang arti pentingnya warisan budaya dengan berbagai kandungan nilai-nilai luhurnya.
Pemerintah perlu meningkatkan upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya sebagai sarana rekreasi, edukasi dan pengembangan kebudayaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Warisan budaya harus dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukasi dan rekreasi yang dapat mengilhami berkembangnya industri budaya yang memiliki nilai ekonomi yang berkelanjutan.
4. Kurangnya sumber daya manusia yang bergerak di bidang pariwisata dan budaya. Belum optimalnya hasil penelitian dan pengembangan kebudayaan ; terbatasnya dukungan peraturan perundangan kebudayaan ; serta belum optimalnya kerjasama antarpihak, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.
Pemerintah harus mampu menggandeng semua pihak untuk meningkatkan kepariwisataan dan kebudayaan, meningkatkan kemampuan pengelolaan informasi pariwisata dengan memanfaatkan internet sebagai ajang promosi dan pemasaran.
Selain itu pemerintah juga harus meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan transportasi darat, laut, dan udara yang memadai serta kondisi keamanan yang kondusif sehingga wisatawan merasa nyaman dan aman berada di daerah wisata. Semakin banyak orang yang berwisata, maka dengan sendirinya sumber daya manusia yang bergerak di bidang pariwisata dan budaya akan meningkat.
5.  Masih terbatasnya jumlah investasi di bidang pariwisata menunjukkan bahwa peran swasta dan masyarakat dalam pembangunan pariwisata masih belum optimal. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi, situasi keamanan, dan kebijakan pemerintah yang belum mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Oleh karena itu, penciptaan iklim investasi yang kondusif di bidang pariwisata dalam rangka meningkatkan minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia perlu terus dilakukan.
2.5  Cara Baru Memperkenalkan Budaya Bangsa 
Kemajuan teknologi dan informasi menjadi ancaman bagi kebudayaan nasional yang masih tradisional. Masuknya kebudayaan dari luar melalui media baik elektronik maupun cetak mulai menggeser kecintaan masyarakat terhadapan budaya asli Indonesia. Selain itu ancaman musnahnya kebudayaan nasional muncul dari dalam diri masyarakat itu sendiri, terutama di kalangan generasi muda. Generasi muda Indonesia masih sangat rendah minat dalam hal membaca dan menulis sehingga ini merupakan tolak ukur bagi tingkat mempelajari budaya.
Namun dari kemajuan teknologi pula kita dapat menangkap peluang baru untuk melestarikan kebudayaan nasional. Dengan cara mempopulerkan dan mengenalkan keragaman budaya nasional melalui jejaring sosial, baik facebook, twitter maupun jejaring sosial lainnya. Hal ini menjadi peluang yang sangat baik karena trend gaya hidup masyarakat Indonesia terutama di kota – kota besar telah bergeser pada generasi gadget dan internet. Pengaruh jejaring sosial di internet pun semakin besar. Misalnya dalam memilih tempat wisata para turis baik manca maupun domestik lebih percaya pada banyaknya orang yang membicarakannya di twitter atau rekomendasi teman – teman di facebook daripada brosur pariwisata. Kicauan – kicauan di twitter pun dapat mempengaruhi jumlah pemilih dan pemilihan umum.
Sosialisasi melalui jejaring sosial atau lebih dikenal dengan Internet Viral Marketing ini sudah banyak digunakan oleh negara – negara maju. Misalnya saja negara Inggris, yang mewajibkan semua anggota parlemen dan pegawai negri sipilnya untuk ikut mensosialisasikan kebijakan – kebijakan pemerintah yang telah dibuat. Ini merupakan salah satu pendekatan komunikasi pemerintah dengan rakyatnya. Mengingat semakin banyaknya warga negara yang menggunakan internet, pemerintah Inggris mengembangkan kemampuannya menggunakan channel digital secara efektif.
Pengguna jejaring sosial di Indonesia untuk media twitter, berdasarkan data yang dilansir situs Semiocast Dot Com, jumlah tweeps di Indonesia sebanyak 19,5 juta orang.  Jumlah tersebut menempati posisi kelima dunia setelah Amerika Serikat (sekitar 107 juta pengguna), Brasil (33 juta pengguna), Jepang (29 juta pengguna), dan Inggris (24 juta pengguna).
Sementara itu, data yang dirilis situs A World of Tweets Dot Com menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga terbanyak di dunia dalam menulis tweet (kicauan), yakni sebesar 11,39%. Peringkat pertama diduduki Amerika Serikat dengan jumlah tweet sebanyak 27%, dan peringkat kedua dipegang Brazil dengan tweet sebesar 24 %.
Sementara untuk media fecebook, jauh lebih besar yakni 43,06 juta (data terakhir situs Socialbakers Dot Com terlampir). Pengguna facebook berasal dari semua kalangan dan semua usia.
Dari data di atas angka pengguna situs yang cukup besar. Terlebih lagi pengguna jejaring sosial di Indonesia sangat aktif online dan berkicau. Terbukti dari survey bahwa Indonesia menempati urutan ketiga dalam menuliskan tweet di twitter dapat kita simpulkan bahwa media jejaring sosial sangat berpotensi sebagai media untuk mensosialisasikan khazanah budaya bangsa yang sudah banyak dilupakan masyarakat.
Agar persebaran informasi dapat maksimal dan menarik, ada beberapa cara yang dapat kita terapkan. Cara – cara tersebut adalah:

1.      Membuat situs atau blog perpustakaan budaya
Situs ini berisi database, foto – foto, dan video keragaman budaya di Indonesia. Pada beranda terdapat link masing – masing provinsi. Pada link provinsi tersebut kita dapat mengetahui informasi dan berita terkini seputar budaya di daerah tersebut.
2.      Membuat akun fanspage di facebook
Akun fanspage merupakan salah satu ikon di facebook yang dapat diikuti banyak fans tanpa harus menjadi teman. Akun ini dapat diupdate oleh beberapa admin. Dengan menggunakan akun ini informasi akan lebih mudah didapatkan oleh para fans.
3.      Menghubungkan beberapa media
Link situs / blog yang berisi artikel – artikel, foto, video budaya dengan twitter dan facebook. Setiap ada content blog baru maka secara otomatis akan tersiar juga di twitter dan facebook.
4.      Aktiflah untuk update status ataupun tweet
Update info harus rutin dan berkelanjutan. Jangan lupa mention instansi atau orang-orang penting dan yang terkait dengan update kita. Jika sedang tidak ada artikel baru kita bisa update yang lain yang bermanfaat dengan tetap menyelipkan link situs / blog kita.
5.      Buatlah kuis kebudayaan berhadiah
Kuis tentang pengetahuan budaya berhadiah dapat memotivasi masyarakat pengguna jejaring sosial untuk mempelajari budaya nasional dan lebih sering membuka situs – situs budaya. Hal ini sangat menarik minat masyarakat dan merupakan cara yang paling efektif untuk memaksa masyarakat mempelajari dan mengenal budaya nasional.
6.      Sebarkanlah semangat melestarikan budaya nasional
Selain memperkenalkan dan mensosialisasikan kembali kebudayaan nasional, kita dapat juga memotivasi generasi muda untuk menggunakan kebudayaan nasional dalam event – event yang mereka adakan. Misalnya dalam event sekolah, kampus, maupun masyarakat kita menampilkan tari – tarian asal Indonesia ketimbang boyband ataupun dance dari luar. Inilah tugas kita untuk mengenalkan dan menanamkan kecintaan pada budaya nasional pada generasi muda.
Dimulai dari dunia maya dengan menyebarkan dan membiasakan masyarakat membaca informasi tentang kebudayaan nasional akan dapat mempengaruhi alam bawah sadar mereka. Bahwa kebudayaan nasional jauh lebih baik dan lebih patut untuk dibanggakan sebelum kebudayaan lainnya. Dengan terbangunnya lagi rasa cinta budaya bangsa maka aksi – aksi untuk melestarikan budaya nasional di dunia nyata akan banyak dilakukan. Semakin banyak generasi muda yang peduli dan mau meningkatkan  kemampuannya dalam menggunakan chanel digital secara efektif untuk menyebarkan semangat mengenali dan mencintai kebudayaan nasional maka semakin mudah bagi Indonesia mengembalikan keutuhan budayanya dan kebhinekaannya.
Ancaman lunturnya kebudayaan nasional di Indonesia dapat diimbangi dengan gencarnya menyebarkan gerakan “kenali dan cintai budaya nasional” melalui media jejaring sosial. Hal ini sangat potensial mengingat hampir sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini menggunakan internet dan aktif di jejaring sosial. Kita hanya perlu mengenalkan dan menyadarkan masyarakat akan keberadaan kebudayaan tersebut. Dengan membangun kembali pengetahuan dan kecintaan terhadap budaya nasional mealui dunia maya, maka masyarakat sendirilah yang akan sadar dan melestarikannya dalam kehidupan nyata.

BAB III
PENUTUP


3.1     KESIMPULAN
Dengan cara mengenali kelemahan-kelemahan dan tantangan dalam meningkatkan daya saing pariwisata, maka dapat diambil berbagai langkah koreksi yang diperlukan.
Upaya peningkatan daya saing pariwisata memerlukan kerjasama dan koordinasi yang harmonis dan konsisten, baik vertikal – antara pusat dengan daerah, maupun horizontal – antara pemerintah, swasta maupun masyarakat pada umumnya.
Dengan meningkatkan jati diri budaya lokal, berarti secara tidak langsung dapat meningkatkan kepariwisataan, dan demikian pun sebaliknya.
Menjaga kebudayaan bangsa berarti dapat mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.
Sedangkan meningkatkan kepariwisataan berarti  mewujudkan bangsa yang berkualitas dan berdaya-saing; memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap potensi pariwisata lokal.



DAFTAR PUSTAKA








































Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh Teknologi Terhadap Kehidupan Sosial

Makalah  Ilmu Sosial Dasar Pengaruh Teknologi Terhadap Kehidupan Sosial Disusun oleh: nama                           : Dewi Oktavianti npm                             : 12113297 kelas                            : 1KA43 Program Study Ilmu Komputer Jurusan  Sistem Informasi UNIVERSITAS GUNADARMA TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena rahmat dan hidayah-Nya, penulis diberi kemudahan untuk mengerjakan tugas softskill Ilmu Sosial Dasar dengan judul ” Pengaruh Teknologi Bagi Kehidupan Sosial ”  Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas softskill pada tingkat 1. Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu saran dan kritik sangat diharapkan guna perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan karya tulis ini, yaitu : 1.   Allah  S .W.T  yang telah melindung

Review Flim Ex-Machina (2014) dengan Artificial Intelligence (AI)

Sebelumnya mari kita bahas terlebih dahulu mengenai Artificial Intelligence Pengertian Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) istilah yang mungkin akan mengingatkan kita akan kehebatan optimus prime dalam film The Transformers. Kecerdasan buatan memang kerap diidentikkan dengan kemampuan robot yang dapat berperilaku seperti manusia. Definisi Kecerdasan Buatan, Berbagai definisi diungkapkan oleh para ahli untuk dapat memberi gambaran mengenai kecerdasan buatan beberapa diantaranya : Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) merupakan kawasan penelitian, aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan sesuatu hal yang dalam pandangan manusia adalah cerdas (H. A. Simon [1987]). Kecerdasan Buatan (AI) merupakan sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia (Rich and Knight [1991]). Kecerdasan Buatan (AI) merup

Teori Organisasi Umum (Softskill) - Tugas Hal 33-36

Teori Organisasi Umum (Softskill) - Tugas Contoh Kasus KASUS : PERUSAHAAN TRI-ENERGI             Perusahaan Tri-Energi,sebuah perusahaan minyak, mempunyai “persedian” sekitar lima ribu karyawan sebagai hasil kegiatan penarikkan selama periode kekurangan tenaga kerja. Perusahan telah mengantisipasi bahwa pasar tenaga kerja akan menjadi semakin ketat. Oleh karena itu, perusahaan memutuskan untuk mempersiapkan diri dengan penarikan kelompok pekerja agar kebutuhan yang diantisipasi dapat terpenuhi.             Setelah mempekerjakan para karyawan ekstra perusahan pada dekade selanjutnya secara terus menerus (kontinyu) mengotomatiskan fasilitas – fasilitas produksinya. Selama periode tersebut, meskipun kapasitas produksi berlipat ganda, perusahaan,sebagai akibat otomatisasi. Hanya memerlukanjauh lebih sedikit karyawan untuk mengoperasikan fasilitas –fasilitas. Jadi, keadaanmenjadi berbalik dari antisipasi perusahaan, yaitu bahwa lima ribu karyawan yang telah terlanjur ditarik